Artikel ini akan membahas dampak positif yang dihasilkan oleh pendekatan pendidikan non-formal di Sekolah Salor, baik bagi siswa maupun komunitas sekitar. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh sekolah ini juga akan dibahas, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut.
Pendidikan non-formal adalah pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah formal dan merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat yang tidak terjangkau oleh sistem pendidikan formal. Salah satu contohnya adalah Sekolah Salor, sebuah sekolah non-formal di Indonesia yang berfokus pada pendidikan anak-anak di daerah pedalaman.
Dampak positif pertama yang dihasilkan oleh pendekatan pendidikan non-formal di Sekolah Salor adalah peningkatan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil. Dengan adanya Sekolah Salor, anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman yang sulit dijangkau oleh sekolah formal, kini memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Selain itu, pendekatan pendidikan non-formal di Sekolah Salor juga memberikan dampak positif bagi komunitas sekitar. Sekolah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya. Dengan melibatkan komunitas dalam proses pendidikan, Sekolah Salor dapat memperkuat ikatan sosial antara masyarakat dan sekolah. Komunitas sekitar juga dapat memanfaatkan fasilitas sekolah untuk mengadakan berbagai kegiatan seperti pertemuan, pameran, dan lokakarya.
Namun, Sekolah Salor juga menghadapi beberapa tantangan dalam menjalankan pendekatan pendidikan non-formal. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya sumber daya yang memadai, baik dalam hal tenaga pengajar, fasilitas belajar, maupun dana operasional. Tantangan ini dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yang diberikan dan kesinambungan sekolah dalam jangka panjang.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Sekolah Salor telah melakukan beberapa upaya. Pertama, mereka bekerja sama dengan organisasi nirlaba dan lembaga swadaya masyarakat untuk mendapatkan dukungan finansial dan teknis. Selain itu, sekolah ini juga melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan sekolah, sehingga tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.
Referensi:
1. Widodo, S. A., & Purnomo, E. (2018). Pendidikan Nonformal: Tinjauan Teoritis dan Praktik. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(9), 1204-1213.
2. Rofiq, A. (2019). Pendidikan Nonformal Sebagai Upaya Alternatif dalam Mewujudkan Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan Nonformal, 2(1), 1-7.
3. Dewi, N. L. L. K. (2017). Pendidikan Nonformal sebagai Upaya Alternatif dalam Menanggulangi Masalah Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Nonformal, 1(2), 78-86.