Dengan artikel ini, pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Sekolah Salor dan pendekatan pendidikan non-formal yang diadopsi oleh sekolah ini. Artikel ini juga akan menggambarkan pengalaman belajar yang unik yang dapat memberikan inspirasi bagi pendidikan masa depan di Indonesia.
Di Indonesia, pendidikan formal yang dilaksanakan di lembaga-lembaga sekolah umumnya masih mengikuti model konvensional, di mana siswa duduk di kelas dan mendengarkan guru memberikan materi pelajaran. Namun, ada sebuah sekolah di Bali yang mengadopsi pendekatan pendidikan non-formal yang unik, yaitu Sekolah Salor.
Sekolah Salor terletak di desa Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali. Sekolah ini didirikan oleh Wayan Pasek, seorang pendidik yang prihatin dengan sistem pendidikan formal yang tidak memadai. Dalam pendekatan non-formal yang diadopsi oleh Sekolah Salor, pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga melibatkan interaksi langsung dengan alam dan lingkungan sekitar.
Salah satu prinsip utama yang dipegang teguh oleh Sekolah Salor adalah pembelajaran berbasis pengalaman. Siswa diajak untuk aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan di luar kelas, seperti mengunjungi pertanian organik, belajar tentang keanekaragaman hayati di hutan, dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya lokal. Melalui pengalaman langsung ini, siswa dapat belajar dengan lebih mendalam dan memahami konsep-konsep secara nyata.
Selain itu, di Sekolah Salor juga diterapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator, membantu siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri. Setiap siswa dihargai sebagai individu yang unik, dan mereka diberikan kebebasan untuk menentukan jalur belajar yang sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian, proses pembelajaran di Sekolah Salor lebih personal dan relevan bagi setiap siswa.
Pendekatan non-formal yang diadopsi oleh Sekolah Salor juga mencakup pendidikan karakter. Para siswa diajarkan tentang nilai-nilai seperti kerjasama, kepedulian, keberanian, dan keadilan melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas. Mereka juga diajarkan untuk menghargai dan menjaga lingkungan alam sekitar mereka. Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga sebagai individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat dan alam sekitar.
Pengalaman belajar yang unik di Sekolah Salor telah memberikan inspirasi bagi pendidikan masa depan di Indonesia. Model pendekatan non-formal yang diadopsi oleh sekolah ini menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas dan melibatkan interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Hal ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik semata, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan pemahaman yang lebih luas tentang dunia di sekitar kita.
Referensi:
1. Darmawan, I. G. N., & Kurniawan, I. W. (2019). Pendidikan Nonformal Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Salor Bali. Jurnal Pendidikan Nonformal, 2(1), 1-8.
2. Wahyuni, N. L. P. D., & Suyadnya, I. W. (2020). Pendidikan Karakter Di Sekolah Salor Karangasem Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Hindu. Jurnal Kajian Pendidikan Agama Hindu, 2(2), 1-11.
3. Pasek, W. (2017). Sekolah Salor, Sebuah Alternatif Pendidikan Nonformal Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Nonformal, 4(2), 43-56.